Jumat, 04 Januari 2013

"RESUME MATERI AKUSTIK KELAUTAN"

PENGENALAN AKUSTIK KELAUTAN
Akustik merupakan teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Akustik dibagi menjadi dua yaitu, akustik pasif dan aktif.
Akustik pasif merupakan suatu aksi mendengarkan gelombang suara yang datang dari berbagai objek pada kolom perairan, biasanya suara yang diterima pada frekuensi tertentu ataupun frekuensi yang spesifik untuk berbagai analisis.  Akustik pasif dapat digunakan untuk mendengarkan ledakan bawah air (seismic), gempa bumi, letusan gunung berapi, suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan lainnya, aktivitas kapal-kapal ataupun sebagai peralatan untuk mendeteksi kondisi di bawah air (hidroakustik untuk mendeteksi ikan).
Akustik aktif memiliki arti yaitu dapat mengukur j arak dari objek yang dideteksi dan ukuran relatifnya dengan menghasilkan pulsa suara dan mengukur waktu tempuh dari pulsa tersebut sejak dipancarkan sampai diterima kembali oleh alat serta dihitung berapa amplitudo yang kembali.  Akustik aktif memakai prinsip dasar SONAR untuk pengukuran bawah air. Akustik aktif seperti split-beam system dapat mendeteksi organisme yang berukuran kecil (contoh:krill), dengan tanpa batasan ukuran. Posisi dari ikan dapat dideteksi secara akurat dengan menggunakan split beam system, dapat juga digunakan untuk menghitung target strength, kecepatan jelajah serta arah pergerakan dari  suatu objek.  Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, ilmu akustik juga berkembang sejalan dengan kebutuhan manusia.  Arah penelitian dari akustik aktif termasuk penemuan multibeam, multi-frekuensi, dan “high frequency imaging system”.
Akustik kelautan adalah teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambantannya dalam suatu medium air laut. Metode akustik kelautan  sampai saat ini masih diterapkan untuk mempelajari sifat-sifat fisika dan fenomena yang terjadi di kolom air laut. Hal tersebut terjadi karena laut begitu luas dan dalam, belum pernah ada seorangpun manusia yang pergi kelaut terdalam, dan dibutuhkannya alat dan metode untuk mendeskripsikan kolom dan dasar laut (sesuai dilosofi ilmu kelautan). Saat ini metode yang paling baik adalah dengan menggunakan metode akustik.


MANFAAT AKUSTIK KELAUTAN
1.  Dapat mengetahui daerah diduga mempunyai kelimpahan/kepadatan ikan yang tinggi.
2. Memberikan Informasi kepada Nelayan setempat sekaligus mengevaluasi kinerja unit penangkapan yang digunakan sehingga dapat dihasilkan hasil tangkapan yang optimum.
3. Memberikan informasi kepada pelayaran agar terhindar dari bahaya-bahaya kapal kandas dikarenakan dangkalnya suatu perairan.
4. Dapat mempermudah unit penelitian laut beserta sumberdaya laut tersebut.


HIDROAKUSTIK
Saat ini hidroakustik memiliki peran yang sangat besar dalam sektor kelautan dan perikanan, salah satunya adalah dalam pendugaan sumberdaya ikan (fish stock assessment). Teknologi hidroakustik dengan perangkat echosounder dapat memberikan informasi yang detail mengenai kelimpahan ikan, kepadatan ikan sebaran ikan, posisi kedalaman renang, ukuran dan panjang ikan, orientasi dan kecepatan renang ikan serta variasi migrasi diurnal-noktural ikan. Saat ini instrumen akustik berkembang semakin signifikan, dengan dikembangkannya varian yang lebih maju, yaitu Multibeam dan Omnidirectional. Perangkat Echosounder memiliki berbagai macam tipe, yaitu single beam, dual beam.
Metode hidroakustik merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang obyek di bawah air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echo yang dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echo sounder atau fish finder (Burczynski, 1986). Penggunaan metode hidroakustik mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya :
1.   Berkecepatan tinggi,
2.   Estimasi stok ikan secara langsung dan wilayah yang luas dan dapat memonitor pergerakan ikan,
3.   Akurasi tinggi tidak berbahaya dan merusak sumberdaya ikan dan lingkungan, karena frekwensi suara yang digunakan tidak membahayakan bagi si pemakai alat maupun obyek yang disurvei.

KECEPATAN SUARA
Kecepatan suara di air dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan kedalaman.  Selain terhadap suhu dan salinitas, kecepatan suara juga berubah dengan adanya perubahan frekuensi atau panjang gelombang suara yang dipancarkan.
Kecepatan suara di laut berkisar antara 1450 m/s hingga 1550 m/s. Menurut MacKenzie, 1981 dan Munk et al. 1995 dalam Stewart, 2007, hubungan kecepatan suara dengan suhu, salinitas dan tekanan dapat digambarkan melalui persamaan sebagai berikut.

C = 1448.96 + 4.591 T - 0.05304 T2 + 0.0002374 T3 + 0.01630 Z + ( 1.340 - 0.01025 T ) (S - 35) + 1.675×10-7Z2 - 7.139 × 10-13 T Z3

            Dimana C adalah kecepatan suara dalam m/s, T adalah suhu dalam Celsius, S adalah salinitas, and Z adalah kedalaman dalam meters. Persamaan ini memiliki keakuratan hingga 0.1 m/s (Dushaw, et al., 1993 dalam Stewart, 2007).

SHADOW ZONE
Shadow Zone merupakan wilayah dimana gelombang suara tidak dapat merambat atau rambatan sgelombang suaranya lemah sehingga menyebabkan suara tidak dapat merambat pada suatu medium. Pada kolom perairan terjadi pembelokan gelombang suara (refraksi) y6ang terjadi karena adanya perbedaan kedalaman, salinitas dam suhu air laut. (Urick, 1983). Apabila terjadi kenaikan suhu air laut sebesar 1°C maka akan menyebabkan meningkatnya kecepatan suara sebesar 1 m/detik.  Apabila suhu meningkat menurut kedalaman maka akan mengakibatkan gelombang suara yabg dipancarkan akan cenderung dibelokan kearah permukaan air.



 Gambar 3. Shadow Zone  Akustik


Keadaan sebaliknya apabila suhu menurun maka gelombang suara akan cenderung dibelokan ke dasar perairan. Terjadinya pembelokan gelombang suara ke permukaan dan dasar perairan maka terdapat wilayah yang tidak terjadi perambatan gelombang suara yang disebut Shadow Zone. Laju perubahan suhu terhadap kedalaman, kedalaman sumber suara dan kedalaman penerima suara.



ADCP
Gambar 1. Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)

Acoustic Doppler Current Profiler, alat yang digunakan untuk mengukur arus laut. Alat ini mengirimkan sinyal akustik frekuensi tinggi yang disebarkan kembali oleh plankton, sedimen terlarut, dan gelembung udara, yang diasumsikan bergerak dengan kecepatan rerata air. Perubahan Doppler (Doppler shift atau Doppler effect) dari gema yang disebarkan kembali ini memungkinkan kita untuk menentukan kecepatan air. Proses lebih lanjut dari sinyal yang diterima memungkinkan kita untuk menentukan profil dari kecepatan dan arah arus.
Gambar 2. Prinsip Kerja ADCP

Perhitungan navigasi, menggunakan kalibrasi yang dilakukan sekali secara lengkap.Arus absolut yang melampaui kedalaman atau kedalaman referensi didapatkan dari rata-rata kecepatan relatif kapal. Arus absolut pada setiap kedalaman dapat dibedakan dari data terakhir dari kapal navigasi dan perhitungan relatif ADCP.
Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan arus/gelombang yaitu kecepatan orbit gelombang yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari keakuratan ADCP. ADCP  mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari kecepatan, terakumulasi dan dari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung. Untuk  mendapatkan ketinggian diatas permukaan, kecepatan spektrum dierjemahkan oleh pergeseran permukaan menggunakan kinematika linear gelombang.  Kegunaan ADCP pada berbagai aplikasi :
1.         Perlindungan pesisir dan teknik pantai.
2.         Perancangan pelabuhan dan operasional
3.         Monitoring Lingkungan
4.         Keamanan Perkapalan
ADCP  dapat menghitung secara lengkap, arah frekuensi gelombang spektrum, dan dapat dioperasikan di daerah dangkal dan perairan dalam. Salah satu keuntungan ADCP adalah, tidak seperti directional wave buoy, ADCP dapat dioperasikan dengan resiko yang kecil atau kerusakan. Sebagai tambahan untuk frekuensi gelombang spektal, ADCP juga dapat digunakan untuk menghitung profil kecepatan dan juga level air.
Keuntungan ADCP:
1.       Definisi yang tinggi dari arah arus/gelombang pecah.
2.       Logistik yang sederhana dengan bagian bawah yang menjulang
3.       Kerusakan yang kecil, dan resiko yang kecil.
4.       Kualitas perhitungan permukaan yang tinggi yang berasal dari dasar laut.

CTD
Conductivity Temperature Depth (CTD) adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas.. Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran.

Gambar 3. Conductivity Temperature Depth (CTD)

Unit masukan data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel koneksi dll. Sensor berfungsi untuk mengukur parameter karakteristik fisik air laut yang terdiri dari sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel berfungsi sebagai wadah sampel air sedangkan rosset berfungsi untuk mengatur penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar sinyal. Telekomando akan memberikan sinyal kepada rosset untuk menutup botol secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut.
Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam.
Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Berikut ini merupakan penjelasan dari ketiga sensor tersebut.
A. Sensor Tekanan.
Sensor tekanan merupakan sensor yang memanfaatkan hubungan langsung antara tekanan dan kedalaman. Sensor ini terdirai dari tahanan yang berbentuk seperti jembatan wheatsrone kemudian dinamakan strain gauge. Strain gauge merupakan alat resistansi yang berubah ketika mendapat tekanan, Tahanan ini akanmemegang peranan ketika mendapat gaya dalam bentuk fisika seperti tekanan, beban (berat), arus dll. (Herunadi, 1998).
B. Sensor Temperatur.
Sensor temperatur adalah sensor yang berpengaruh terhadap suatu hambatan, dalam bentuk termistor. Termistor (tahanan termal) merupakan alat semikonduktor yang berperan sebagai tahanan dengan besar koefisien tehanan temperatur yang tinggi dan biasanya bernilai negative. Alatini terbuat dari campuran Oksida-Oksida logam yang diendapkan seperti mangan, nikel, kobalt dll.
C. Sensor Konduktifitas.

        Sensor konduktofitas merupakan sensor yang mendeteksi adanya nilai daya hantar listrik di suatu perairan. Sensor ini merupakan sensor yang terdiri dari tabung berongga danempet buah terminal elektroda platina-rhodium di belakang sisinya. Sebagai sensor yang melewati nilai konduktifitas maka rata-rata hasil proses dalam pengukuran akan melewati nilai rendah (low pass fliter). Sensor ini akan mulai mengukur ketika alat telah bergerak masuk kedalam air sampai pada posisi yang diinginkan. Sebenarnya sensor ini mengukur nilai konduktifitas untuk mengetahui nilai salinitas atau kadar garam di sebuah perairan sacara tidak langsung.


Prinsip Pengukuran CTD.
Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan sinyal dan mendapatkan sinyal dari sensor yang menditeksi suatu besaran, kemudian mendapatkan data dari metode multiplexer dan pengkodean (decode), kemudian memecah data dengan metode enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan dikirimkan ke kontrolunit via cabel.
CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat kabel elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran tekanan pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atau quartz crystal.
Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi kedalaman dalam meter. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sel induktif yang terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Pengukuran data tercatat dalam bentuk data digital. Data tersebut tersimpan dalam CTD dan ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data dapat dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD ke komputer tersambung.





Sumber :
  • http://oseanografi.wordpress.com/glossary/
  • http://seandy-laut-biru.blogspot.com/2010/01/acoustic-doppler-current-profiler-adcp.html
  • Robert J. Urick, “Principles of Underwater Sound”, Peninsula Publishing, California, 1983
  • http://awalahas-samuderapengetahuan.blogspot.com/2011/03/akustik-kelautan.html
  • http://baipurnaedi.multiply.com/journal/item/16
  • http://hkti.org/2011/12/25/akustik-kelautan.html
  • http://winniehertikawati.blogspot.com/2010/05/ctd-conductivity-temperature-depth.html





Minggu, 01 April 2012

Siklus Oksigen (EkoLaTrop)

Di blog ini, saya akan menjelaskan tentang bagaimanakah siklus O2 yang terjadi antara laut dan atmosfer.

Siklus Oksigen
 
                Oksigen adalah gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup baik yang berada di darat, udara, dan perairan. Pada umumnya, orang – orang menganggap bahwa pohonlah yang menjadi sumber oksigen untuk kita bernafas dimuka bumi ini, namun pada kenyataannya ada juga makhluk hidup lain yang bukan berasal dari daratan namun menyumbang oksigen sampai kedaratan. Sumber oksigen lain adalah lautan.

Mengapa lautan?

                Karena di lautan pun terdapat makhluk hidup yang dapat menghasilkan oksigen pula. Salah satunya adalah plankton. Dengan kemampuan berespirasi, plankton meghasilkan gelembung – gelembung oksigen . Para ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak langsung dapat membuat awan yang dapat menahan sebagian sinar matahari yang merugikan. Sehingga plankton bisa membantu memperlambat proses pemanasan bumi. Selain plankton, ganggang laut berperan dalam proses sfoto sintesiklus oksigen antara lautan dan atmosfer ini. Ganggang laut melakukan proses fotosintesis, hasil dari fotosintesis ini berupa oksigen.
 
                Oksigen yang berasal dari lautan ini  akan naik ke atmosfir dan terbawa oleh angin dan dapat dinikmati oleh makhluk hidup lain yang berada di dartan dan juga di udara. Lalu makhluk hidup yang menghisap oksigen ini pun akan mengeluarkan gas karbondioksida yang kemudian akan terbawa kembali ke lautan dan akan dip roses kembali oleh makhluk  hidup yang berada dilaut untuk dijadikan oksigen kembali.
Gambar oleh Ridho Achtanrio Pratama
Begitulah sekiranya bagau mana proses siklus oksigen antara laut dan atmosfer, untuk siklus biogeokimia selanjutnya silahkan klik : ekauknow.blogspot.com/2012/04/siklus-biogeokimia-di-lautan-part-ending.html


Refrences :

http://palingterselubung.blogspot.com/2012/02/tahukah-anda-siapa-penghasil-oksigen.html 

http://etnarufiati.guru-indonesia.net/artikel_detail-12309.html